Bercita - Cita Jadi Wartawan Garis Tangan Politisi

Surabaya, wartanu.online | Ketua DPD Gerindra Jawa Timur H. Anwar Sadad mulai diperhitungkan namanya di kancah politik, tidak hanya tingkat lokal tapi sudah menasional. Bahkan jebolan Pesantren Sidogiri ini disebut oleh Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar sebagai calon Gubernur Jawa Timur pada 2024 mendatang dalam sebuah kesempatan acara di Sidogiri. 

Pose KH. Anwar Sadad Ketua DPD Gerindra Jatim bersama inisiator FORSADA (Forum Sahabat Anwar Sadad) di rumah kediaamannya Surabaya. (Istimewa)
Jalan politik Gus Sadad sapaan akrab H. Anwar Sadad berliku penuh tantangan, berawal dari PKB kemudian PKNU dan Gerindra yang setiap pemilu sukses menjadi anggota DPRD Jawa Timur. Padahal tidak mudah bagi politisi bertahan menjadi legislator dari pindah partai satu ke partai lainnya, kalau tidak istiqomah namun Gus Sadad membuktikannya dimana saja berpartai masih membuat integritasnya mendapatkan simpatik pendukung loyalisnya. 

"Saya dulu pinginnya bercita-cita jadi wartawan, tapi garis tangan dari-Nya menjadikan saya politisi," ujar Gus Sadad saat ditemui di rumahnya Kebonsari Surabaya. 

Diceritakan Wakil Ketua DPRD Jawa Timur ini sewaktu masih mahasiswa aktif di Solidaritas buletin Kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) juga menjadi Pimpinan Redaksi Forma majalah Fakultas Ushuluddin Uinsa. 

Aktivis PMII ini tulisan dan artikelnya menghiasai Majalah kampus tersebut, saat itu IAIN Sunan Ampel Surabaya masih menjadi induk IAIN di daerah lainnya sehingga hampir semua mahasiswa IAIN angkatan '93 kebawah mengenal sosoknya yang piawai membuat dan membaca puisi ini terinspirasi buku-buku karya Khahlil Ghibran dengan Sayap-Sayap Patah, idealisme! 'sebuah eksistensi tentang kemanusiaan, kemerdekaan dan kebebasan dalam berekspresi': 'Liberal Thinking' tagline Kampus Fakultas Ushuluddin saat itu mewarnai pikiran dan aktivitasnya sebagai aktivis dengan membuka wacana pemikiran berdiskusi setiap momen bertemu dan ngumpul sesama mahasiswa. 

Dari santri masuk kampus Gus Sadad bertemu interaksi dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya beraneka ragam latar belakangnya, menjadikan dia mudah beradaptasi terutama dengan dunia aktivis yang diikutinya yaitu PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), aktif di PMII dari tingkat Rayon, Komisariat dan Cabang hingga Korcab PMII tingkat Jawa Timur berinteraksi dengan aktivis PMII seperti Imam Nahrawi, alm Nico Ainul Yakin, Arif Junaidy dan H.Choirul Anam (Cak Anam) yang saat itu Ketua DPW PKB Jawa Timur. 

Melalui Arif Junady yang saat itu menjadi Ketua Fraksi PKB DPRD Jatim dari didikan Cak Anam, kemudian Gus Sadad sahabat karib Arif Junaidy menekuni masuk jalur politik sering intens berinteraksi dengan Cak Anam bakat politik Gus Sadad mulai nampak dan dipercaya mengelola manajemen PKB saat itu untuk menjadi partai modern yang bisa masuk ke semua lintas generasi. 

Dunia politik bagi Gus Sadad harus dijadikan sarana bagaimana bisa bermanfaat untuk masyarakat, tidak semata kekuasaan dengan tetap berpijak pada etika moral bukan politik Machiavelli yang menghalalkan segala cara. 

"Karena politik itu adalah cara bagian dari ikhtiar bagaimana kita bisa bermanfaat untuk kehidupan berdemokrasi baik berbangsa dan bernegara, maka politisi agamis bukan menjadikan agama sebagai alat politik tapi nilai nilai agama itu yang perlu dijadikan spirit untuk terus menebar kebaikan," ungkap Gus Sadad. 

Setiap momen turba ke daerah-daerah acara Partai Gerindra, Gus Sadad punya ciri khas tersendiri dari Ketum Parpol lainnya yaitu di sambutan-sambutannya tidak lepas dari relegiusitas terutama ke-NU-annya. Gus Sadad memang piawai membaca kitab kuning, sangat dekat dengan tokoh ulama/kyai NU maupun Habaib sehingga pada saat kegiatan NU tingkat pusat (PBNU) atau Jawa Timur (PWNU) juga Cabang (Kabupaten/Kota) dan Wakil Cabang (Kecamatan) serta sampai ke Ranting-Ranting NU di Jawa Timur kerap diundang hadir menunjukkan dia punya jaringan kuat di kalangan warga NU Jawa Timur. 

Sosok figur Gus Sadad tercermin perpaduan politik nasionalis dan relegius yang jarang ada dimiliki politisi-politisi partai lainnya, maka Gus Sadad pun bisa masuk dan diterima dalam mengepakkan sayap partainya berlambang Burung Garuda berwarna keemasan itu pada publik dengan berbagai latar ke-bhineka-an tunggal ika. (Ahmad Yani Elbanis